Senin, 14 November 2011

Diklat Pendidikan Karakter SMK Negeri 5 Surakarta

Senin 14 Nopember 2011 SMK Negeri 5 Surakarta mengadakan diklat pendidikan karakter berkerjasama dengan Lembaga LPTCindo Surakarta. Adapun dasar pelaksanaan kegiatan ini adalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, rencana Induk Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Kegiatan ini diharapkan akan memberikan pengetahuan dan ketrampilan bagi peserta agar dapat:Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter dan budi pekerti, melakukan integrasi dalam melakukan kegiatan ekstra kurikuler pramuka, olah raga, karya tulis, dan lain sebagainya bagi institusi bidang pendidikan khususnya siswa siswi SMK Negeri 5 Surakarta, menerapkan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang sama dengan di sekolah., serta lebih focus dan termotivasi dalam pencapaian meraih impian. 

Jumat, 11 November 2011

Tentang STP2K

         STP2K ( Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan Kesiswaan ) memiliki tugas dalam pembinaan terhadap siswa sesuai dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah tersebut.  Tim ini melakukan kegiatan pencegahan, penindakan dan penanggulangan terhadap segala bentuk pelanggaran terhadap aturan tata tertib. Mulai dari pelanggaran terhadap penggunaan kelengkapan seragam sekolah, kedisiplinan dalam kegiatan belajar,  sampai dengan tingkah laku siswa yang merugikan selama di lingkungan sekolah tersebut. Semua pencegahan tersebut dilakukan dalam rangka menciptakan susana yang lebih baik, kondusif, menuju sekolah yang tertib, teratur dalam segala hal, termasuk dalam mematuhi tata tertib atau aturan yang ada.
         Kurangnya ketertiban dan kedisiplinan siswa sebagai suatu masalah di sebuah sekolah, apalagi pada jenjang sekolah menengah kejuruan yang siswa- siswanya beranjak dewasa dan mulai belajar mengenal jati diri pribadinya, dimana siswa sering melakukan tindakan pelanggaran terhadap peraturan tata tertib di sekolah tersebut. Kondisi yang tidak menguntungkan dan cukup memprihatinkan ini, secara umumnya membentuk Tim Ketertiban Sekolah agar sekolah menjadi lebih baik. Dalam pelaksanaannya kerja dari Tim STP2K selalu mengalami banyak kendala dilapangan. Selain harus membutuhkan dukungan dari semua pihak juga butuh kepedulian yang tinggi dari semua elemen yang ada, misalnya dukungan dari orang tua siswa untuk lebih memperhatikan pergaulannya di lingkungan luar sekolah, serta tak lupa semua guru yang memiliki tanggung jawab di sekolahnya.
         SMK Negeri 5 Surakarta mulai membenahi diri dalam segala bidang, termasuk di dalamnya adalah masalah ketertiban dan kedisiplinan Siswa baik dari segi berpakaian, penampilan, proses praktikum, pembelajaran sampai kegiatan ekstra. Hal ini dilakukan dalam rangka menciptakan pelaksanaan proses interaksi social di sekolah serta kegiatan pengembangan diri siswa yang lebih baik. STP2K merupakan sarana menertibkan setiap pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, tentu akan bertindak tegas sesuai peraturan yang berlaku di SMK Negeri 5 Surakarta, dengan harapan akan menciptakan sekolah terdepan dalam segala bidang yang diawali dengan ketertiban dan kedisiplinan.  Mari kita dukung ketertiban dan kedisiplinan di SMK Negeri 5 Surakarta, dengan berlaku sesuai dengan tata tertib yang ada, agar tercipta suasana yang lebih baik dan kondusif.
 SMK Negeri 5 Surakarta Terdepan.

Senin, 07 November 2011

Mobil Buatan Siswa SMK Jadi Mobdin Jokowi – Rudy

Patut dicontoh dukungan Wali Kota dan wawali Surakarta, Jokowi – Rudy. Dua pejabat itu kini memesan dua unit mobil Esemka Rajawali buatan anak-anak SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang belum lama ini dipamerkan di Jakarta.
"Pak Jokowi dan Pak Rudy sudah siap menggunakan mobil SMK itu untuk mobil dinas. Ini luar biasa karena mereka ingin secara moral mendukung bangkitnya industry manufaktur yang berintikan anak-anak SMK Indonesia,’’ kata Dr Djoko Sutrisno, Direktur Pembinaan SMK Kemdiknas, Sabtu (17/9).
Berceramah di depan mahasiswa UNS, dia mengatakan, mobil itu dibuat secara keroyokan oleh para siswa SMK. Ada 20 SMK yang terlibat dalam keroyokan membuat komponen mobil itu.
"Misalnya blok mesin dibuat SMK 1 Klaten di Batur. Bodinya bersama Pak Sukiat Klaten dibuat siswa lainnya. Piston, cam shaft-nya dibuat SMK Tegal. Ada lagi yang dibuat anak-anak SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Magelang. Pokoknya semuanya produksi anak-anak SMK. Tidak ada yang pesan dari luar," kata dia.
Ternyata setelah jadi, mobil itu dipamerkan di Jakarta dalam International Exebhition yang membuat heboh pengunjung. Pujian mengalir melihat hasil karya anak-anak SMK yang sangat luar biasa.
"Saat itu ada 230 pembeli yang memesan mobil tersebut dan kini dalam proses produksi. Mobil itu sendiri terus diupayakan kelaikan jalan dengan cara menjalani uji coba mesin, uji coba emisi. Jika lolos, maka mobil ini akan jadi salah satu hasil karya luar biasa anak-anak bangsa alias siswa SMK," kata Djoko.
Dengan bersemangat dia mengatakan, dukungan dari Presiden, Wapres, Menteri Perindustrian dan juga Menperindag serta lainnya, termasuk Wali Kota Jokowi akan menjadi penyemangat. "Jangan membayangkan mobil itu dibuat di pabrik dengan teknologi canggih. Sebab mesin-mesin pembuatnya juga buatan anak-anak SMK itu sendiri. Jadi 100 persen murni hasil karya anak-anak itu," kata dia.
Tidak hanya mobil penumpang jenis SUV (sport utility vehicles), namun juga mobi jenis truk mini dan juga minibus. Semuanya hasil karya rakitan anak-anak SMK dari berbagai daerah di Indonesia.
"Inilah sumbangsih SMK yang diharapkan bisa menjadi salah satu elemen dan tonggak kemajuan ekonomi Indonesia ke depan. Sebab SMK sudah masuk dalam road map kemajuan ekonomi Indonesia 2011-2015. Jadi semua elemen bangsa perlu memberi dukungan maksimal," tandasnya.
( diambil dari harian suara merdeka 17 September 2011 )

Aksara Membangun Perdamaian dan Karakter Bangsa

Puncak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) jatuh pada hari ini, Jumat, 21 Oktober 2011. Upacara peringatan digelar di gedung D Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Jakarta.
Sejumlah tamu dari Komisi X DPR RI, Gubernur Jakarta dan jajarannya, Bupati/Walikota penerima anugerah Aksara 2011, para pejabat Eselon 1 di lingkungan Kemdikbud, Kemenkokesra, dan Kemenag PP & PA, perwakilan UNESCO, Ketua DPRD DKI Jakarta dan para Walikota se-DKI Jakarta, para pejabat Eselon II dan pada Kepala Dinas Pendidikan seluruh Indonesia serta se-DKI Jakarta, mitra pendidikan nasional dari berbagai kementerian dan kelembagaan, serta para penyelenggara pendidikan, ikut hadir memeriahkan acara tersebut.

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Hamid Muhammad, dalam kesempatan tersebut  melaporkan, hingga 2010 angka tunakasara nasional turun hingga tinggal 4,79 persen atau sekitar 8,3 juta orang. Capaian ini merupakan prestasi tersendiri bagi Indonesia karena dapat melampaui target Pendidikan Untuk Semua (PUS) yang disepakati di Dakkar.  Isi kesepakatan tersebut adalah menurunkan tunaaksara usia 15 tahun ke atas hingga tersisa setengahnya dari 10 persen (15,4 juta orang) menjadi sekitar lima persen (7,7 juta) pada tahun 2015.

“Dan dengan berbagai upaya pada tahun 2011 ini kita akan memelekaksarakan sekitar 555 ribu orang penyandang tunaaksara,” katanya.

Hamid menyampaikan, program keaksaraan juga dilaksanakan dengan memanfaatkan struktur pemerintahan secara komperehensif pada berbagai tingkatan. Penyelenggaraannya juga bekerjasama dengan berbagai mitra, seperti tim penggerak PKK, Muslimat NU, Aisyiyah, KOWANI, SIKIB, Lembaga Alkitab, perguruan tinggi, perusahaan, PKBM, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, meminta agar pengentasan ketunaaksaraan dapat terintegrasi dengan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya. Dengan cara tersebut diharapkan dapat diwujudkan pemberdayaan masyarakat yang mampu menghasilkan aksarawan yang lebih cakap, berkarakter dan meningkat kualitas hidupnya.

“Jangan hanya kuantitatifnya saja yang dikejar, tapi kualitasnya juga diperhatikan, agar bisa ikut meningkatkan kualitas hidup,” katanya.

Usai menyampaikan sambutannya, Mendikbud berdialog dengan Yohanna dan Mulyono. Mereka adalah dua orang perwakilan dari suku Badui (Banten) dan Tolikara (Papua), yang berhasil melekaksara setelah mengikuti program paket A yang ada di daerahnya. Mendiknas mengajak mereka sebagai contoh orang yang memperoleh banyak manfaat karena telah melekaksara, untuk secara terus menerus membantu sekitarnya agar bisa melekaksara juga.

Puncak peringatan HAI dimeriahkan penampilan kesenian Kentrung dari Jawa Timur, dan berbagai tarian diantaranya tari Bali yang dibawakan oleh penari-penari dari ary suta center.  Kebudayaan dari Jawa Timur dan Bali dipilih sebagai pengisi acara dalam acara ini dikarenakan kedua provinsi tersebut merupakan provinsi yang angka tunaaksara nya masih tinggi. Usai acara seremonial, Mendikbud beserta tamu mengunjungi pameran hasil karya industri rumah tangga dari berbagai daerah.